Industri Kaca Indonesia di Ambang Krisis: AKLP Tolak Kenaikan Harga Gas yang Membebani Pelaku Usaha

Industri kaca Indonesia tengah menghadapi tantangan serius akibat kenaikan harga gas yang signifikan. Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan keberatan atas kebijakan ini, yang dinilai membebani pelaku usaha dan mengancam daya saing industri kaca nasional.
Mulai Januari 2025, harga gas regasifikasi melonjak menjadi US$ 16,67 per MMBTU, lebih dari dua kali lipat dibandingkan harga sebelumnya sebesar US$ 6 per MMBTU. Menurut Ketua Umum AKLP, Putra Narjadin, biaya gas menyumbang sekitar 20%-25% dari total biaya produksi kaca. Kenaikan ini dikhawatirkan akan menurunkan daya saing industri kaca Indonesia dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang menawarkan harga gas lebih kompetitif.
Putra mengungkapkan bahwa tingginya harga gas di Indonesia membuat investor lebih memilih menanamkan modal di negara-negara dengan harga gas lebih rendah. Hal ini terbukti dengan posisi Malaysia yang kini melampaui Indonesia sebagai produsen kaca terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, AKLP menyoroti ketimpangan kebijakan harga gas, di mana investor baru masih menikmati harga gas lebih rendah, sementara pelaku usaha lama dikenakan harga normal, menciptakan persaingan tidak sehat dalam industri.
Data Rystad Energy menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya gas bumi melimpah, mencapai lebih dari 100 triliun kaki kubik (TCF). Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal karena harga gas domestik yang tinggi, jauh di atas rata-rata internasional sebesar US$ 3,21 per MMBTU. AKLP menilai bahwa kebijakan harga gas yang tidak kompetitif ini bertolak belakang dengan potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia.
AKLP mendesak pemerintah untuk segera melanjutkan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang berakhir pada 31 Desember 2024. Mereka berharap adanya diskusi dengan pemangku kepentingan untuk membahas kebijakan harga gas yang merata dan adil bagi semua pelaku usaha di sektor industri kaca. Putra menekankan bahwa kebijakan yang mendukung tidak hanya penting bagi investor baru, tetapi juga bagi pelaku usaha lama yang telah berkontribusi dalam pengembangan industri kaca nasional.
Jika kebijakan harga gas yang tinggi terus berlanjut, AKLP khawatir hal ini akan mengurangi daya tarik investasi di sektor kaca Indonesia dan memperbesar dominasi produk impor di pasar domestik. Mereka berharap Indonesia dapat kembali menjadi pemain utama di industri kaca Asia Tenggara melalui kebijakan gas yang mendukung pertumbuhan dan daya saing industri.
Situasi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan keberlanjutan dan perkembangan industri kaca nasional di tengah persaingan regional yang semakin ketat.